"Dari puncak Bukit Tempurung, kita belajar: keindahan alam adalah anugerah, tetapi menjaga dan memanfaatkannya dengan bijak adalah tanggung jawab generasi."
Oleh: Dr. Fahmi Rasid, S.E., M.A.P.
Sekretaris Pusdiklat Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Jambi
DI ANTARA KABUT TIPIS..yang menyelimuti perbukitan Batang Asai, sebuah momentum berharga hadir menyapa masyarakat Kabupaten Sarolangun.
Pada Kamis, 23 Oktober 2025, Bupati Sarolangun H. Hurmin bersama Wakil Bupati Gerry Trisatwika, S.E., jajaran OPD, Ketua TP PKK Hj. Risha Fitria Hurmin, dan berbagai unsur pemerintahan melangkahkan kaki menuju Puncak Bukit Tempurung di Desa Lubuk Bangkar.
Suasana hangat, penuh persaudaraan, dan sarat makna terasa ketika Bupati Hurmin menandatangani prasasti peresmian destinasi wisata baru di puncak bukit itu simbol kebangkitan ekonomi lokal dan semangat baru pembangunan berbasis potensi desa.
Peristiwa ini bukan sekadar agenda seremonial pemerintahan. Ia adalah perwujudan nyata dari arah pembangunan yang berakar pada rakyat, pada desa, dan pada keindahan alam yang dianugerahkan Tuhan.
Bukit Tempurung kini bukan hanya tempat indah untuk berfoto atau melepas penat, tetapi simbol kebanggaan masyarakat Sarolangun bahwa di bumi sendiri, terdapat mutiara wisata yang mampu bersinar seterang harapan masa depan.
Dari Lubuk Bangkar untuk Sarolangun dan Jambi
Desa Lubuk Bangkar di Kecamatan Batang Asai adalah contoh bagaimana desa bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi baru.
BUMDes yang aktif, masyarakat yang gotong royong, dan pemerintah desa yang visioner telah menjadikan Bukit Tempurung tumbuh menjadi destinasi wisata yang mulai dikenal luas.
Kehadiran Bupati Hurmin dan rombongan yang bahkan bermalam di lokasi wisata menegaskan satu hal: pembangunan tidak cukup diukur dari gedung dan jalan, tetapi dari kedekatan pemimpin dengan rakyatnya.
Saat Kepala Desa Radinal Mukhtar menyampaikan rasa terima kasih dan harapannya agar Pemkab Sarolangun terus mendukung pengembangan Bukit Tempurung, sebenarnya ia menyuarakan suara hati masyarakat desa yang ingin maju tanpa meninggalkan akar budayanya.
Di sinilah peran pemerintah menjadi penting memberikan dukungan, memfasilitasi, dan memastikan bahwa setiap potensi desa menjadi energi baru ekonomi rakyat.
Selaras dengan RPJMD Provinsi Jambi 2025–2029
Langkah Kabupaten Sarolangun ini berjalan seirama dengan arah RPJMD Provinsi Jambi Tahun 2025–2029, yang menempatkan pariwisata berkelanjutan dan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal sebagai motor penggerak pembangunan daerah.
RPJMD menegaskan pentingnya pengembangan wilayah yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga keadilan sosial, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam konteks itu, Bukit Tempurung adalah model nyata implementasi RPJMD: sebuah destinasi yang tumbuh dari bawah, dikelola dengan kearifan lokal, dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.
Jika dikelola dengan strategi terpadu, tempat ini dapat menjadi ikon wisata alam Provinsi Jambi bagian selatan, melengkapi jejaring wisata unggulan lain seperti Geopark Merangin, Danau Kaco, dan kawasan budaya Batanghari.
Pemerintah Provinsi Jambi dalam arah kebijakannya juga menekankan pentingnya konektivitas antarwilayah dan digitalisasi promosi wisata.
Artinya, Bukit Tempurung perlu terus didorong untuk terhubung dengan jaringan promosi digital dan kalender event wisata provinsi, sehingga tidak hanya dikenal oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh wisatawan dari luar daerah, bahkan luar negeri.
Dengan demikian, wisata alam ini menjadi penggerak ekonomi baru dan simbol sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten, dan masyarakat.
Gaung Cita Presiden Prabowo Subianto: Pariwisata untuk Rakyat
Visi pembangunan nasional Presiden Prabowo Subianto menempatkan pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas masa depan, karena pariwisata menyentuh langsung aspek ekonomi rakyat.
Presiden menegaskan bahwa pembangunan pariwisata Indonesia harus berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berpihak pada masyarakat lokal.
Destinasi wisata bukan lagi sekadar ruang hiburan, melainkan sarana untuk menciptakan kesejahteraan, membuka lapangan kerja, dan memperkuat rasa cinta terhadap tanah air.
Bukit Tempurung, dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, memiliki roh dari cita-cita itu.
Ketika masyarakat Lubuk Bangkar menjaga kebersihan, mengelola BUMDes, dan menyambut tamu dengan keramahan khas Melayu Jambi, mereka sesungguhnya tengah menjalankan semangat ekonomi Pancasila bahwa pembangunan harus berjiwa gotong royong dan berpihak pada rakyat kecil.
Presiden Prabowo juga berulang kali menekankan pentingnya “local prosperity” kemakmuran yang tumbuh dari akar desa.
Dengan membangun wisata berbasis komunitas seperti Bukit Tempurung, Kabupaten Sarolangun sesungguhnya sedang menjemput masa depan itu: masa depan di mana desa menjadi subyek pembangunan, bukan sekadar objek.
Membangun Sarana, Menumbuhkan Harapan
Namun tentu, setiap harapan butuh fondasi.
Seperti disampaikan Kepala Desa Radinal Mukhtar, pengembangan Bukit Tempurung membutuhkan sarana dan prasarana pendukung mulai dari akses jalan yang lebih baik, penerangan listrik, jaringan telekomunikasi, hingga fasilitas penginapan dan aula pertemuan yang representatif.
Infrastruktur ini bukan hanya untuk kenyamanan wisatawan, tetapi juga untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat desa.
Melalui dukungan Pemerintah Kabupaten dan sinergi dengan Pemerintah Provinsi Jambi, penguatan infrastruktur wisata ini dapat dimasukkan dalam program prioritas daerah tahun 2026–2027, sesuai semangat RPJMD.
Dengan sarana yang memadai, multiplier effect akan terasa: muncul usaha kuliner, warung kopi, toko oleh-oleh, hingga lapangan kerja bagi generasi muda.
Bukit Tempurung akan hidup tidak hanya di akhir pekan, tetapi setiap hari, dengan denyut ekonomi yang terus berputar.
Lebih jauh, Pemerintah Daerah dapat menginisiasi pelatihan digital tourism bagi anak muda desa.
Anak-anak muda Batang Asai bisa menjadi duta digital yang mempromosikan Bukit Tempurung lewat media sosial, video kreatif, dan marketplace wisata.
Dengan cara ini, promosi tidak lagi bergantung pada brosur atau baliho, tetapi bergerak melalui jejaring digital global.
Wisata dan Adat: Dua Sayap Pembangunan Jambi
Sebagai tanah yang kental dengan nilai-nilai adat, pengembangan Bukit Tempurung juga perlu menanamkan roh kearifan lokal.
LAM Kabupaten Sarolangun dan LAM Provinsi Jambi dapat berperan aktif dalam mengintegrasikan unsur adat Melayu Jambi dalam konsep wisata baik dalam tata cara penyambutan tamu, desain bangunan, maupun paket wisata berbasis budaya lokal.
Wisata yang berlandaskan adat bukan hanya memperlihatkan keindahan alam, tetapi juga menghidupkan nilai moral dan spiritual masyarakat.
Ketika wisatawan datang ke Bukit Tempurung, mereka tidak hanya menikmati kabut dan pemandangan, tetapi juga merasakan keramahan, kesantunan, dan keindahan budaya Melayu Jambi.
Di sinilah wisata menjadi sarana pelestarian budaya bukan sekadar ekonomi, tetapi juga warisan nilai.
Bangga Menjadi Warga Sarolangun: Mari ke Bukit Tempurung
Sudah saatnya masyarakat Kabupaten Sarolangun sendiri menjadi garda depan promosi Bukit Tempurung.
Kita harus bangga bahwa di tanah kita berdiri destinasi wisata yang tak kalah indah dari daerah lain.
Bukit Tempurung bukan milik pemerintah semata ia milik rakyat Sarolangun, milik anak-anak muda yang ingin masa depan, milik para ibu yang menjual kopi dan gorengan di warung, milik semua yang mencintai bumi tempat ia berpijak.
Mari kita jaga dan ramaikan Bukit Tempurung.
Ajak keluarga, sahabat, dan kolega untuk berkunjung, berkemah, atau sekadar menikmati kabut pagi yang menyentuh lembut daun-daun kopi di lereng bukit.
Sebab setiap langkah kita ke sana adalah bentuk dukungan terhadap ekonomi desa, terhadap petani dan pelaku usaha kecil, terhadap masa depan Sarolangun yang berdaya.
Ketika masyarakat datang dan bangga, maka wisata akan hidup.
Dan ketika wisata hidup, ekonomi rakyat akan tumbuh.
Dari Bukit Tempurung, Harapan Itu Menyala
Peresmian Bukit Tempurung oleh Bupati Sarolangun H. Hurmin bukan sekadar acara rutin, tetapi simbol dari lahirnya semangat baru pembangunan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Jika kita kaitkan dengan RPJMD Provinsi Jambi dan arah pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, maka jelaslah bahwa Bukit Tempurung adalah miniatur cita-cita besar bangsa:
membangun dari desa, memberdayakan masyarakat, dan menjaga alam sebagai titipan untuk generasi mendatang.
Di atas puncaknya yang berselimut kabut, kita melihat seolah cahaya harapan itu sudah menyala.
Cahaya dari Bukit Tempurung cahaya yang menandakan bahwa Sarolangun siap melangkah ke masa depan dengan keyakinan, kerja keras, dan kebanggaan atas tanah kelahirannya sendiri.
Karena sesungguhnya, seperti kata Bupati Hurmin dengan nada penuh makna:
“Kalau bukan kita yang memajukan daerah kita sendiri, siapa lagi ??? 🙏🙏🙏
Add new comment