TANJUNG JABUNG TIMUR — Matahari Ahad sore itu, 14 Desember 2025, barangkali menjadi saksi paling bisu di Arena Zabaq National Sirkuit. Jarum jam baru saja merayap ke pukul 17.00 WIB. Di lintasan, raung mesin motor memekakkan telinga, memacu adrenalin ribuan pasang mata yang memadati tribun Grand Final Sumatera Cup Prix 2025. Namun, dalam hitungan detik, pesta kecepatan memperebutkan Piala Bupati Tanjung Jabung Timur itu berubah menjadi panggung duka yang mencekam.
Awhin Sanjaya, pembalap gaek berusia 37 tahun yang terbang jauh dari Sulawesi Selatan, tengah memacu kuda besinya di bawah bendera PPJ74 Racing Team. Ia melesat, mencoba menaklukkan aspal panas Zabaq. Namun, maut mengintai di tikungan.
Entah apa yang terjadi sepersekian detik itu, keseimbangan Awhin goyah. Motor yang seharusnya menjadi sayapnya berubah menjadi monster liar. Tubuh Awhin terpelanting hebat, menghantam kerasnya aspal sirkuit. Benturan itu begitu brutal hingga korban mengalami pendarahan hebat di kepala.
Seketika, keriuhan sirkuit lenyap ditelan horor. Penonton menahan napas. Di atas aspal hitam itu, tubuh Awhin terkapar tak bergerak. Pemandangan yang tersaji kemudian membuat siapa pun yang melihatnya bergidik ngeri.
Wajah sang pembalap tak lagi utuh menyiratkan semangat kompetisi. Darah segar berwarna merah pekat merembes keluar deras, mengalir melintasi pipi, memenuhi bibir, dan menetes membasahi lintasan.
Ia diam, sendirian di tengah kerumunan yang mulai merubung dengan wajah pucat pasi. Tidak ada gerakan, tidak ada rintihan. Hanya tubuh kaku yang bersimbah darah.
Kepanikan meledak. Tim medis berlarian membawa tandu, berpacu dengan malaikat maut. Sirine ambulans meraung-raung, mencoba membelah kerumunan manusia yang terpaku menyaksikan tragedi itu. Tubuh Awhin diangkat, dievakuasi dari "medan perang"-nya menuju rumah sakit. Namun, takdir berkata lain. Garis finis kehidupan Awhin telah terlewati sore itu.
"Korban mengalami benturan keras di kepala yang berakibat pendarahan hebat," ujar sebuah sumber medis, mengonfirmasi kabar yang tak ingin didengar siapa pun. Pesan WhatsApp berantai menyebar cepat. Mereka membawa kabar duka, sang pembalap telah tiada.
Sore itu, Sirkuit Zabaq tak lagi riuh oleh sorak-sorai kemenangan. Langit Tanjung Jabung Timur seolah turut berduka, menaungi sisa darah yang mengering di aspal, menandai akhir tragis perjalanan Awhin Sanjaya.(*)
Add new comment