Ratusan siswa SMKN 1 Kota Jambi masih diliputi kekecewaan. Harapan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri pupus begitu saja. Bukan karena mereka tak layak, bukan karena nilai mereka tak cukup, tetapi karena kesalahan administrasi yang diduga berasal dari sekolah.
Mimpi untuk bisa masuk PTN tanpa tes melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) sirna. Nama mereka tak terdaftar di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)—syarat utama yang menentukan apakah seorang siswa bisa mengikuti jalur prestasi tersebut.
Hari-hari ini seharusnya menjadi waktu mereka menyiapkan langkah menuju masa depan. Namun, alih-alih bersiap diri, mereka justru hidup dalam kesedihan, sembari kecewa atas kondisi yang ada.
Rabu pagi (12/2/2025), aspirasi para siswa ini disampaikan Federasi Serikat Buruh Jurnalis (FSBJ), yang ramai-ramai berdemo dan mendatangi SMKN 1 Kota Jambi. Dengan spanduk dan pengeras suara, mereka menyampaikan kekecewaan atas nasib yang mereka alami.
Orator aksi, Donner Gultom, berdiri di barisan depan, mengangkat mikrofon dan meneriakkan tuntutan.
"Kami meminta kejelasan! Mengapa siswa-siswi SMKN 1 Kota Jambi tidak bisa mengikuti seleksi masuk PTN melalui jalur prestasi? Apa karena sekolah lalai tidak menginput data kami di PDSS?" serunya lantang.
Siswa yang seharusnya punya peluang emas masuk ke kampus impian mereka kini terkatung-katung. Rasa kecewa berubah menjadi amarah.
Bagi mereka, ini bukan sekadar administrasi. Ini tentang mimpi yang hancur.
"Anak-anak banyak yang sudah belajar dan berusaha keras untuk masuk PTN tanpa tes. Tapi ternyata tidak terdaftar di PDSS. Tentu mereka para siswa merasa dibohongi. Sekarang, satu-satunya jalan adalah ikut tes reguler, yang saingannya lebih berat. Padahal, kalau saja sekolah bekerja dengan benar, mereka tidak perlu menghadapi ini," ujarnya.
Setelah beberapa waktu berorasi di depan sekolah, perwakilan demonstran akhirnya diterima oleh pihak SMKN 1 Kota Jambi. Mereka duduk bersama, membahas penyebab ratusan siswa tak bisa ikut SNBP.
Namun, diskusi di ruang sekolah belum cukup. Mereka ingin masalah ini mendapat perhatian lebih luas.
Ketua FSBJ, Ferry Sobry, memastikan bahwa aksi tidak berhenti di sekolah.
"Kami tidak akan diam. Setelah ini, kami akan mendatangi Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Kantor Gubernur Jambi. Masalah ini harus sampai ke telinga pemegang kebijakan tertinggi di daerah ini."
Benar saja. Usai aksi di sekolah, massa bergerak ke Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dan Kantor Gubernur Jambi. Mereka ingin menegaskan bahwa ini bukan persoalan sepele.
Di Kantor Gubernur Jambi, demonstran diterima oleh Asisten I Pemprov Jambi, Arif, serta Kabid Konflik Kesbangpol, Qaruzaman. Namun, apakah pertemuan itu akan menghasilkan solusi nyata atau sekadar janji kosong, masih menjadi tanda tanya.
Dalam aksinya, demonstran membawa sepuluh tuntutan utama. Tak hanya menuntut kejelasan soal SNBP, mereka juga mempersoalkan berbagai masalah lain yang terjadi di sekolah, seperti:
- Menuntut transparansi data siswa di PDSS agar tidak ada lagi siswa yang gagal ikut SNBP karena kesalahan administrasi.
- Meminta evaluasi kepala sekolah dan guru yang lalai dalam menginput data siswa.
- Menghapus pungutan liar, termasuk uang kas dan sumbangan saat pembagian rapor atau kenaikan kelas.
- Meminta transparansi dana BOS agar penggunaannya jelas dan diumumkan di papan informasi sekolah.
- Menghentikan penjualan LKS di sekolah.
- Menghentikan kebiasaan guru bermain HP dan TikTok saat mengajar.
Perjuangan ini bukan hanya untuk siswa yang gagal tahun ini. Tapi, juga demi adik kelas berikutnya, agar kejadian serupa tak terulang di masa depan.
Siapa yang bertanggung jawab atas kegagalan ratusan siswa ini?
Apakah sekolah akan mengakui kelalaian mereka? Apakah Dinas Pendidikan akan turun tangan untuk memastikan hal serupa tak terjadi lagi?(*)
Add new comment