Jejak 100 Tahun Kebun Teh Kayu Aro Kerinci

WIB
IST

Kebun Teh Kayu Aro di Kerinci, Jambi, mencapai usia seabad di tahun 2025 ini. Perkebunan teh tertua di Indonesia ini terkenal dengan teh hitam ortodoks premium yang diekspor ke Eropa dan menjadi destinasi agrowisata unggulan.

***

Kebun Teh Kayu Aro di Kerinci, Jambi merupakan salah satu perkebunan teh tertua di Indonesia. Perkebunan ini dibangun pada masa kolonial Belanda awal abad ke-20. Perusahaan Belanda NV HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam) membuka lahan perkebunan di kaki Gunung Kerinci sekitar tahun 1920.

Penanaman teh pertama dimulai tahun 1923. Dan pabrik pengolahan teh didirikan tahun 1925. Sejak beroperasi, kebun ini menghasilkan teh hitam dengan metode ortodoks (tradisional). Lokasi Kayu Aro dipilih karena kondisi geografisnya. Dataran tinggi dengan tanah vulkanik subur, iklim sejuk-lembap di ketinggian sekitar 1.400-1.600 meter dpl, sangat ideal untuk teh berkualitas tinggi.

Pada era kolonial, hasil teh Kayu Aro memang diarahkan untuk memenuhi permintaan pasar Eropa yang gemar teh.

Perkebunan ini terus berkembang selama masa penjajahan. Luas areal tanam mencapai sekitar 2.590 hektare pada tahun 1940. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengambil alih perkebunan ini melalui nasionalisasi tahun 1959 sesuai PP No. 19/1959.

Sejak 1959, kebun Kayu Aro dikelola oleh BUMN perkebunan dengan beberapa kali perubahan struktur. Sempat menjadi bagian PN Aneka Tanaman VI (1959–1962), PNP Wilayah I Sumut (1963–1973), lalu masuk PT Perkebunan VIII pada tahun 1974.

Akhirnya, lewat konsolidasi BUMN Perkebunan tahun 1996, Kebun Teh Kayu Aro resmi menjadi unit usaha PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) per 11 Maret 1996. Peralihan ke PTPN VI menandai babak modernisasi pengelolaan kebun teh ini tanpa meninggalkan warisan sejarahnya.

Transformasi BUMN perkebunan pada 2023 menetapkan bahwa PTPN VI bergabung ke dalam PTPN IV (Palm Co) sebagai PTPN IV Regional 4. Artinya, kebun teh Kerinci kini dikelola di bawah manajemen PTPN IV Regional 4 (sebelumnya PTPN VI).

Memasuki abad ke-21, Kebun Teh Kerinci tetap beroperasi dan menjadi kebanggaan daerah. Karena telah dibuka sejak tahun 1920-1925, perkebunan legendaris ini mencapai usia 100 tahun pada tahun 2025 ini (jika dihitung dari keberadaan pabrik Tehnya).

Itu menandai satu abad perjalanannya. Usia seabad tersebut menjadikan Kebun Teh Kayu Aro bukan hanya yang tertua di Indonesia. Tapi juga saksi sejarah panjang industri teh nusantara dari era kolonial hingga kini dikelola BUMN Indonesia.

Almer Dzakwan Al Dzakir dan Ibunya saat berkunjung ke kebun teh Kayu Aro Kerinci

Minuman Favorit Keluarga Kerajaan Belanda dan Inggris

Hasil teh dari Kebun Kayu Aro sebagian besar dipasarkan ke mancanegara. Sejak masa kolonial, Eropa telah menjadi tujuan utama ekspor teh Kerinci. Kualitasnya yang unggul membuat Teh Kayu Aro terkenal di kalangan pecinta teh dunia. Bahkan menjadi legenda tersendiri.

Teh hitam Kayu Aro dikenal sebagai favorit keluarga kerajaan di Eropa, termasuk di antaranya Kerajaan Belanda dan Inggris. Sejak era Ratu Wilhelmina, Juliana, hingga Beatrix di Belanda, para bangsawan itu dikenal menikmati teh asal Kayu Aro.

Di Inggris, teh ini digunakan oleh perusahaan teh premium Typhoo untuk memasok kebutuhan teh keluarga Kerajaan Inggris. Bahkan mendiang Ratu Elizabeth II kabarnya menggemari teh Kerinci ini sebagai salah satu minuman favoritnya. Tradisi afternoon tea di kalangan bangsawan Eropa memberi tempat istimewa bagi teh asal pegunungan Kerinci yang harum dan kuat rasanya.

Hingga saat ini, pangsa ekspor Teh Kerinci mencakup Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Produk teh dengan kualitas tertinggi biasanya diekspor seluruhnya ke luar negeri, sehingga justru sulit ditemukan di pasaran domestik Indonesia.

Teh Kayu Aro memiliki keunikan warna, aroma, dan cita rasa. Berwarna oranye jernih dengan rasa pekat yang tahan lama di lidah. Itu membuatnya digemari konsumen mancanegara. Reputasi internasional ini menjadikan Teh Kerinci sebagai duta produk Indonesia di kancah global.

Pemerintah pun menyadari nilai ini. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif era Sandiaga Uno pernah datang ke Kayu Aro Kerinci. Ia menyoroti teh Kerinci yang disukai pejabat asing (contohnya Menteri Pariwisata Bulgaria). Diam-diam, ekspor teh dari kebun ini tak hanya mendatangkan devisa, tapi juga mengharumkan nama Indonesia sebagai penghasil teh berkualitas premium di dunia.

Perkebunan Teh Tertinggi Kedua di Dunia Setelah Darjeeling Himalaya

Perkebunan Teh Kayu Aro membentang sangat luas di dataran tinggi Kerinci. Total areal hak guna usaha (HGU) kebun ini tercatat hampir 3.014,6 hektare. Dari luas tersebut, sekitar 2.100–2.600 hektare ditanami tanaman teh, terbagi dalam beberapa afdeling atau blok perkebunan.

Selain teh, dalam unit usaha Kayu Aro juga terdapat areal yang ditanami kopi sekitar 500 hektare. Sisa lahan digunakan untuk fasilitas, pemukiman, jalan, serta area konservasi di sekitar perkebunan. Sumber lain sering menyebut luas kebun teh sekitar 2.500 hektare dengan ketinggian lahan 1.400–1.600 mdpl.

Secara topografi, kebun ini berada di lereng Gunung Kerinci dengan ketinggian rata-rata 1.600 meter, menjadikannya perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah daerah Darjeeling di Himalaya, India.

Dari segi produksi, Kebun Teh Kerinci berkapasitas menghasilkan daun teh dalam jumlah besar. Setiap hari dipetik rata-rata 80 ton pucuk daun teh basah dari hamparan kebun ini. Pucuk-pucuk teh segar tersebut segera diolah di pabrik Kayu Aro yang berada di tengah perkebunan.

Pabrik teh peninggalan Belanda (beroperasi sejak 1932) itu masih aktif hingga sekarang dan sangat vital untuk memproses hasil petikan dengan cepat sebelum kualitasnya turun. Rata-rata kapasitas produksi mencapai sekitar 5.000 ton teh kering per tahun.

Bahkan pernah dilaporkan produksi teh hitam ortodoks dari Kayu Aro mencapai ±6 juta kilogram (6.000 ton) per tahun pada masa jayanya. Angka ini menjadikan Kayu Aro sebagai salah satu produsen teh hitam terbesar di dunia.

Teh yang dihasilkan tergolong kualitas premium (grade I), berupa teh hitam orthodox maupun varian CTC (crush-tear-curl) yang diolah menjadi butiran kecil untuk memenuhi selera pasar tertentu. Semua produksi ini diolah tanpa bahan pengawet atau pewarna. Prosesnya alami dan tradisional. Sehingga cita rasa khasnya terjaga.

Sebagai perkebunan besar yang telah berdiri satu abad, Kebun Teh Kerinci memberikan dampak ekonomi dan sosial signifikan bagi masyarakat. Selama berpuluh-puluh tahun, perkebunan ini menjadi sumber lapangan kerja utama bagi penduduk di Kecamatan Kayu Aro dan sekitarnya.

Sejak era kolonial, banyak penduduk lokal (dan bahkan pekerja dari luar daerah seperti Pulau Jawa di masa awal) menggantungkan hidup sebagai buruh perkebunan. Hingga kini, ratusan warga bekerja di kebun ini. Sebagai contoh, tercatat sekitar 317 tenaga pemetik/pemangkas daun teh yang sebagian besar adalah penduduk setempat dipekerjakan oleh PTPN IV di Kayu Aro.

Jumlah itu belum termasuk karyawan pabrik, administrasi, supir, mekanik, dan lain-lain. Keberadaan perkebunan jelas membantu perekonomian rumah tangga pekerja dan komunitas lokal secara luas.

Dampak sosialnya juga terasa dalam pembentukan komunitas perkebunan. Sejak dulu, di kawasan kebun berdiri perumahan karyawan, sekolah, klinik, rumah ibadah, dan fasilitas umum lain yang turut meningkatkan kesejahteraan sosial.

Pihak PTPN IV kini mewarisi banyak bangunan bersejarah peninggalan kolonial, seperti rumah administrateur, gedung sekolah, klub sosial, hingga rumah tamu (guest house) dan kedai kopi. Fasilitas-fasilitas ini selain melayani karyawan, kini juga dapat dinikmati masyarakat dan wisatawan.

Infrastruktur jalan juga berkembang sejak adanya kebun teh. Pada tahun 1920-an, pemerintah Hindia Belanda sampai membuka jalur jalan darat dari Kayu Aro menuju pelabuhan Teluk Bayur di Padang demi kelancaran transportasi hasil teh. Jalan ini tak pelak ikut membuka keterisolasian Kerinci pada masa itu.

Secara ekonomi regional, kebun teh ini menjadi penggerak utama. Kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan aktivitas ekonomi lokal sangat besar. Kehadiran perkebunan meningkatkan denyut nadi perekonomian. Warung makan, pasar, transportasi, dan usaha kecil lain bermunculan untuk melayani para pekerja dan pengunjung.

Belakangan, potensi agrowisata kebun teh mulai dikembangkan (lihat bagian wisata di bawah), yang diharapkan kian memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar dalam bentuk kesempatan usaha dan pekerjaan baru di sektor pariwisata.

Kebun Teh Kayu Aro tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Kayu Aro, tetapi juga bagian dari identitas sosial-budaya komunitas setempat setelah satu abad keberadaannya.

Arkan Safaraz Akma saat wisata ke Kebun Teh Kayu Aro

Peran PTPN IV Regional 4 dalam Pengelolaan Kebun Teh

PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) atau PTPN IV Regional 4 memainkan peran sentral dalam keberlanjutan Kebun Teh Kerinci saat ini. Perkebunan teh Kayu Aro resmi menjadi unit usaha PTPN IV sejak konsolidasi BUMN tahun 1996. Sebagai pengelola, PTPN IV bertanggung jawab memastikan produksi teh berkualitas tinggi tetap berjalan optimal sekaligus menjaga aset sejarah perkebunan.

Di bawah PTPN IV, berbagai upaya modernisasi dan efisiensi diterapkan tanpa meninggalkan metode tradisional yang menjadi ciri khas. Misalnya, dalam hal panen daun teh, manajemen kebun mulai mengintroduksi mekanisasi pemetikan.

Banyak pemetikan sekarang menggunakan mesin potong yang dioperasikan tim pekerja, menggantikan cara manual sepenuhnya. Langkah ini diambil karena tantangan berkurangnya minat generasi muda menjadi pemetik teh, serta demi efisiensi dan kecepatan panen.

Meski demikian, PTPN IV tetap menjaga kualitas dengan pelatihan tenaga kerja (operator mesin dan tea tester) agar proses produksi sesuai standar tinggi. Seluruh rantai produksi, mulai dari pemeliharaan tanaman, pemetikan pucuk, pengolahan di pabrik, hingga pengemasan dan pengiriman ke pelabuhan, berada di bawah kendali PTPN IV secara ketat.

Kontrol terpadu ini memastikan mutu Teh Kayu Aro konsisten grade satu. PTPN IV juga melakukan peremajaan tanaman teh secara periodik dan menerapkan pemupukan serta pengendalian hama penyakit (misalnya mencegah penyakit blister blight pada daun) untuk menjaga produktivitas kebun.

Sebagai perusahaan milik negara, PTPN IV memiliki tanggung jawab sosial selain bisnis. PTPN IV berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan pusat dalam rencana pengembangan agrowisata di Kayu Aro. Fasilitas peninggalan sejarah yang dimiliki PTPN IV di lokasi kebun telah mulai dimanfaatkan untuk menunjang pariwisata.

Misalnya rumah tamu peninggalan Belanda dijadikan homestay, dan kebun dibuka untuk tur wisata edukatif. PTPN IV turut mendukung upaya pelestarian lingkungan kebun teh agar berkelanjutan (prinsip sustainability), memastikan praktek budidaya tidak merusak ekosistem pegunungan Kerinci. Dengan segala peran ini, PTPN IV berusaha agar Kebun Teh Kerinci terus menjadi aset nasional yang produktif sekaligus destinasi wisata dan ikon sejarah perkebunan.

Keunikan Kebun Teh Kerinci dan Potensi Wisata

Kebun Teh Kayu Aro memiliki sejumlah keunikan yang membedakannya dari perkebunan teh lain. Pertama, secara geografis lokasinya sangat istimewa. Terletak di lereng Gunung Kerinci (gunung tertinggi di Sumatra) dengan ketinggian sekitar 1.600 meter di atas permukaan laut.

Iklim dataran tinggi yang sejuk dan tanah vulkanik Bukit Barisan memberikan kondisi optimal bagi tanaman teh. Hal ini menghasilkan daun teh dengan kandungan polifenol tinggi, sehingga teh Kayu Aro memiliki rasa yang kuat dan aroma harum khas yang tidak mudah ditemukan tandingannya.

Keunikan kedua, kebun teh ini termasuk yang terluas dan tertinggi kedua di dunia. Luasnya sekitar 2.500–3.000 hektar dalam satu hamparan, hanya kalah dari perkebunan teh di Darjeeling secara global.

Pemandangan kebun yang hijau terhampar luas dengan latar belakang puncak Gunung Kerinci menciptakan panorama alam luar biasa. Tidak heran, banyak foto lanskap Kayu Aro yang menampilkan barisan pohon teh rapi berundak dengan gunung menjulang di kejauhan.

Dari sisi sejarah dan produksi, keunikan lain adalah keberlanjutan metode tradisional. Meskipun sudah ada modernisasi, banyak proses pengolahan teh di Kayu Aro masih dilakukan secara ortodoks/tradisional.

Mulai dari pemetikan pucuk pilihan dengan tangan (sebagian masih manual di area tertentu), proses pelayuan daun teh di atas rak, penggulungan dengan mesin tua, fermentasi alami, pengeringan hingga sortasi, semuanya mengikuti kaidah sejak zaman dahulu.

Bahkan pabrik teh Kayu Aro yang dibangun tahun 1920-an masih beroperasi dengan bentuk bangunan nyaris tak berubah sejak era kolonial. Beberapa mesin berusia puluhan tahun masih menjadi koleksi berharga, misalnya sebuah stoomwals (mesin penggilas jalan bertenaga uap buatan Jerman tahun 1923) terpajang di area pabrik sebagai saksi sejarah pembangunan perkebunan.

Upaya pelestarian ini menambah nilai historis kebun teh. Selain itu, prinsip budidaya yang bersih turut dijaga – lingkungan kebun relatif bebas polusi dan pengendalian hama lebih mengutamakan cara alami, sehingga daun teh tumbuh tanpa residu bahan kimia berbahaya. Kombinasi faktor alam, metode tradisional, dan keberlanjutan inilah yang membuat Teh Kerinci memiliki cita rasa autentik dan dihargai penikmat teh.

Keindahan dan kekayaan sejarah Kebun Teh Kerinci kini dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Sejak akhir 1990-an, perkebunan ini resmi dibuka sebagai destinasi agrowisata publik. Wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk menikmati panorama kebun teh yang spektakuler serta merasakan atmosfer perkebunan kolonial.

PTPN IV dan pemerintah daerah menyediakan fasilitas agar pengunjung mendapat pengalaman yang berkesan. Wisatawan dapat mengikuti tur kebun teh, hingga berkeliling afdeling menikmati udara segar pegunungan.

Bahkan tersedia Museum Teh kecil di area pabrik yang menampilkan sejarah perkebunan teh Indonesia, foto-foto tempo dulu, dan peralatan tradisional yang pernah digunakan. Pengunjung juga berkesempatan mencoba pengalaman memetik daun teh sendiri bersama pekerja, merasakan langsung bagaimana pucuk terbaik dipilih.

Kawasan Kayu Aro pun didukung oleh objek wisata alam lain di sekitarnya. Tak jauh dari hamparan kebun, terdapat Air Terjun Telun Berasap yang indah, Bukit Cinta dan Bukit Tirai Embun yang menawarkan pemandangan kebun dari ketinggian, serta jalur pendakian ke Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh bagi pencinta alam.

Desa-desa sekitar telah menyediakan homestay dan tempat kuliner sederhana, menjamu turis dengan keramahan lokal. Menparekraf Sandiaga Uno kala itu menyatakan dukungannya untuk pengembangan Kayu Aro sebagai destinasi wisata unggulan. Karena agrowisata semacam ini diyakini memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan pembukaan lapangan kerja masyarakat setempat.

Kebun Teh Kerinci tidak hanya berjaya sebagai produsen teh sejak 100 tahun lalu. Tapi juga terus hidup sebagai warisan sejarah dan destinasi wisata yang memberi manfaat luas. Kontribusinya terhadap masyarakat, ekonomi, juga citra Indonesia sungguh tak ternilai. Kebun Teh Kayu Aro, Kerinci, telah menjadi salah satu permata berharga di bidang perkebunan dan pariwisata Nusantara.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network