Jambi – Pemilihan Walikota Jambi 2024 kembali diwarnai isu yang memecah belah. Calon Wali Kota Jambi nomor urut 1, Dr. Maulana, disudutkan dengan tuduhan tendensius bahwa ia dan pasangannya, Diza, anti terhadap warga Tionghoa. Isu ini, menurut Ketua Relawan Abadi Maulana (RAM), Robert Samosir, sengaja dimainkan untuk memancing agar komunitas Tionghoa benci dengan pasangan Maulana-Diza.
Isu ini mencuat setelah tim Maulana-Diza memergoki dugaan kampanye terselubung yang dilakukan oleh calon nomor urut 2 (HAR) di Klenteng Sungai Sawang, termasuk kegiatan bagi-bagi beras. Kasus ini saat ini tengah diproses di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Jambi.
Framing Media yang Menyudutkan
Robert menjelaskan bahwa laporan yang diajukan oleh tim Maulana-Diza kepada Bawaslu berfokus pada dugaan pelanggaran kampanye, bukan menyerang komunitas atau tempat ibadah tertentu. Namun, sejumlah media membangun framing yang seolah-olah Maulana dan timnya menyerang Klenteng Sungai Sawang.
“Lebih parah lagi, framing yang dibuat adalah isu rasial. Seolah-olah Dr. Maulana anti-Tionghoa. Ini sangat berbahaya dan berpotensi memecah belah masyarakat,” ujar Robert.
Ia menambahkan bahwa isu ini menciptakan keretakan sosial dan berpotensi mengganggu harmoni antar komunitas di Jambi.
Robert juga menegaskan bahwa tuduhan anti-Tionghoa sama sekali tidak berdasar. Keluarga besar Tionghoa yang tergabung dalam Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) telah menemui Dr. Maulana untuk memastikan bahwa warga Tionghoa tidak terpancing isu yang dimainkan oleh kelompok tertentu.
“Tidak mungkin Dr. Maulana anti-Tionghoa. Komunitas Tionghoa bahkan telah bertemu Maulana dan meminta warga Tionghoa tidak terpancing. Kami justru heran, mengapa isu seperti ini bisa dibiarkan berkembang tanpa tindakan tegas dari Bawaslu dan kepolisian,” tegasnya.
Seruan untuk Tindakan Tegas
Robert menyerukan agar aparat kepolisian dan Bawaslu segera menindak kelompok atau individu yang secara terbuka memainkan isu rasial di Pilwako Jambi. Menurutnya, isu ini tidak hanya berbahaya bagi proses demokrasi, tetapi juga bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
“Tangkap saja pelaku penyebar isu rasial ini. Ini bukan hanya soal Pilwako, tapi soal menjaga keutuhan bangsa. Jangan sampai isu ini menimbulkan ketakutan atau diskriminasi terhadap kaum minoritas,” ujar Robert.
Robert mengingatkan bahwa Pilwako Jambi seharusnya menjadi ajang adu program, bukan tempat untuk memainkan isu-isu yang memecah belah masyarakat. Ia berharap masyarakat tetap fokus pada rekam jejak, visi, dan misi kandidat, tanpa terpengaruh isu-isu yang tidak mendasar.
“Demokrasi harus berjalan dengan sehat. Jangan rusak dengan isu rasial atau propaganda murahan. Pilihlah pemimpin berdasarkan integritas dan program kerjanya, bukan berdasarkan provokasi,” pungkasnya.
Terkait dengan laporan yang dibuatnya ke Bawaslu, Robert menegaskan itu kasus dugaan pelanggaran kampanye. Bukan penyerangan terhadap klenteng.
"Ini kan ada pemutarbalikkan fakta. Ada kasus pelanggara kampanye dan bagi-bagi beras yang kita laporkan, kok isu penyerangan yang dimainkan. Ini sudah sangat berbahaya. Kalau APH membiarkan ini, ini akan sangat berhaya. Polisi harus jemput bola, jangan nunggu laporan. Sekali lagi isu ras ini berbahaya," kata Robert.(*)
Add new comment