Bupati Merangin Tinjau Rumah Retak di Bukit Tiung, 17 KK Terancam Longsor, Minta Segera Direlokasi

WIB
IST

MERANGIN – Malam-malam bagi warga Pematang Kandis, Bukit Tiung, kini bukan lagi waktu nyenyak untuk tidur. Begitu langit menurunkan hujan, mereka berhamburan keluar rumah. Bukan karena air masuk, tapi karena tanah di bawah kaki mereka tak lagi diam.

Sudah beberapa pekan terakhir, keluarga-keluarga di Bukit Tiung tidur tak tenang. Dinding rumah mereka retak, sebagian miring, sebagian nyaris ambruk. Sejak hujan mengguyur hampir setiap hari, tanah yang mereka injak tak lagi kokoh. Sebanyak 17 Kepala Keluarga (KK) berada di ambang bahaya.

Sabtu, 12 April 2025, Bupati Merangin H. M. Syukur datang meninjau langsung. Ia berjalan melewati lorong-lorong sempit, menyusuri rumah-rumah yang retaknya menganga. Didampingi Kepala Dinas Perkim dan Kepala BPBD Merangin, mantan senator muda 3 periode itu berdiskusi singkat dengan warga. Wajahnya serius.

"Tempat ini tidak layak lagi dihuni. Harus segera cari lokasi aman untuk relokasi," ujarnya tegas.

Ucapannya tak menggurui, tapi penuh nada waspada. Ia tahu, satu malam saja bisa membawa bencana.

Warga menceritakan ketakutan mereka. Jika hujan mengguyur saat malam, mereka harus keluar. Menunggu di emper tetangga, di musala, atau di jalan. Anak-anak digendong. Perempuan tua dituntun. Semua hanya berharap tanah tak longsor malam itu.

"Kami tak bisa tidur. Dinding makin retak. Rumah bisa runtuh kapan saja," kata seorang warga, seraya menunjuk celah selebar jari di dinding kamarnya.

Kondisi ini, kata Bupati, tak bisa ditunda. Dalam waktu dekat, ia meminta Dinas Perkim segera mendata ulang dan mencarikan skema relokasi. Bisa sementara, bisa juga permanen, tergantung hasil kajian lapangan.

Dalam waktu yang sama, BPBD Merangin ditugaskan memetakan risiko lebih lanjut, dan bila perlu, menetapkan kawasan Bukit Tiung sebagai zona rawan bencana permanen.

Bupati mengaku akan memprioritaskan anggaran untuk tanggap darurat dan relokasi. Menurutnya, "jangan tunggu korban, baru kita menyesal."

Bukit Tiung, yang dulu menjadi hunian nyaman di lereng perbukitan Pematang Kandis, kini berubah menjadi tempat berjaga-jaga. Tanahnya tak lagi bersahabat, dan hujan kini datang membawa rasa cemas, bukan sejuk.

Di akhir kunjungannya, Bupati Syukur berdiri di depan warga yang berkumpul. Ia mengangguk singkat, menandakan bahwa semuanya tak boleh ditunda. Laporan resmi akan ia bawa ke forum eksekutif, agar dalam minggu ini, warga Bukit Tiung bisa melihat jalan keluar dari kekhawatiran panjang mereka.

"Keselamatan warga lebih penting dari apapun. Kita tidak akan membiarkan mereka hidup di atas tanah yang bisa menelan mereka kapan saja," tutupnya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network