Petani Kerambah Ikan Terancam Akibat Aktivitas Tongkang Batu Bara di Sungai Batang Hari

WIB
Ilustrasi Jambi Link

Petani kerambah ikan di Sungai Batang Hari, Jambi, menghadapi kerugian besar akibat aktivitas tongkang batu bara. Warga menuntut penutupan jalur sungai dan perhatian dari Gubernur untuk melindungi mata pencaharian mereka.

***

Di tepi Sungai Batang Hari yang tenang, suara riak air berganti dengan deru bising tongkang batu bara. Ketika kapal-kapal besar itu melintas, gelombang yang ditimbulkannya mengguncang kerambah ikan milik warga Kelurahan Tanjung Raden, Kecamatan Danau Teluk.

Hari itu, Jumat, 2 Agustus 2024, di bawah langit yang cerah, para petani kerambah ikan berkumpul bersama Organisasi Masyarakat Jaringan dan Gerakan untuk Aspirasi Rakyat (Jaguar) untuk menyampaikan kegelisahan mereka. Mereka berharap suara mereka akan sampai ke telinga Gubernur Jambi, Al Haris.

Semenjak jalur sungai dibuka untuk aktivitas pengangkutan batu bara, para petani kerambah mulai merasakan dampak negatifnya. Bibit ikan yang dibesarkan dengan hati-hati di kerambah mengalami stres akibat gelombang kuat yang dihasilkan oleh tongkang. Kondisi ini menyebabkan ikan enggan makan dan banyak yang mati secara tiba-tiba.

Iwan, koordinator aksi di lapangan, menjelaskan situasi ini dengan nada penuh keprihatinan. “Warga yang menggantungkan hidup dari ikan kerambah sangat merasakan dampak negatif dari aktivitas tongkang batu bara yang melewati sungai. Kami meminta agar Gubernur Jambi memperhatikan nasib kami yang tinggal di sepanjang Sungai Batang Hari,” ujarnya tegas.

Rahman, salah satu petani kerambah, menceritakan bagaimana ikan-ikan yang hampir siap panen mati mendadak. “Kerugian yang kami alami sangat besar. Ikan yang mendekati masa panen mati mendadak, dan kami gagal panen. Kami berharap Gubernur Jambi bisa melihat kondisi dan penderitaan kami di sini,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Para petani berharap Gubernur dan pihak terkait bertanggung jawab atas kerugian yang mereka derita. Mereka meminta agar akses jalur sungai untuk tongkang batu bara ditutup untuk menghindari dampak lebih lanjut pada mata pencarian mereka.

“Kami akan menutup akses jalur sungai dengan cara kami sendiri jika permintaan ini tidak diindahkan,” ancam Iwan, menegaskan tekad warga untuk memperjuangkan hak mereka.

Saat ini, para petani kerambah dan warga sekitar sungai menunggu dengan harap-harap cemas akan tanggapan dari pemerintah. Mereka berharap ada solusi yang dapat menjamin keberlanjutan hidup mereka tanpa mengorbankan lingkungan dan sumber daya alam yang selama ini menjadi sandaran hidup.

Sungai Batang Hari, yang selama ini menjadi nadi kehidupan bagi warga, kini menuntut perhatian dan tindakan nyata dari para pemimpin daerah. Dengan semangat dan kekompakan, para petani kerambah berjuang untuk masa depan yang lebih baik, berharap suara mereka akan didengar dan dihargai.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network