Dr. Maulana-Diza, Sang Penjaga Kesucian Waktu

WIB
IST

Dr. Maulana kembali ke Masjid Baitul Musthofha, kampung Kito, tempat penuh kenangan, untuk melaksanakan sholat Ashar bersama jamaah di sana. Kunjungan spiritual ini mengingatkan warga akan komitmen dan kepedulian Dr Maulana terhadap warga Jambi.

***

Matahari mulai condong ke barat, mewarnai langit senja Kota Jambi dengan semburat jingga. Hari itu, Kamis 5 September 2024. Seusai menjenguk seorang anak yang mengalami penyempitan usus di Kenali Asam Atas, Dr Maulana dan Diza tancap gas dengan kendaraannya menuju Kampung Kito, daerah Tanjung Lumut. Di sana, keduanya akan bertemu para pendukung dan pengukuhan relawan.

Sampai di lokasi, jarum jam sudah mendekati pukul 15.30 Wib. Suara azan baru saja dikumandangkan. Maulana membisikkan pelan ke sopirnya, agar melipir dulu ke sebuah masjid.

Tak jauh dari lokasi acara, Maulana-Diza singgah ke sebuah masjid, yang rupanya penuh kenangan. Masjid Baitul Musthofha itu berdiri gagah di Komplek Perumahan Kampung Kito. Saat kendaraan berhenti di halaman masjid, jamaah yang hendak melaksanakan sholat Ashar menatap penuh kagum.

Tak hanya sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Jambi, Dr. Maulana dan Diza dikenal sebagai pasangan yang tak pernah lalai menjalankan kewajiban sholat tepat waktu, bahkan di tengah kesibukan yang tiada henti.

“Assalamu’alaikum,” sapa Dr. Maulana saat melangkah masuk ke dalam masjid, senyum hangat tersungging di wajahnya. Diza, yang selalu mendampingi dengan setia, mengikuti di belakangnya, dengan rambut yang tertata rapi, bak Elvis Presley, penyanyi termashur di jagat Rock and Roll.

“Wa’alaikumussalam,” jawab jamaah serentak, menyambut pasangan ini dengan penuh hormat.

Suasana masjid yang teduh langsung terasa menenangkan. Mereka segera mengambil wudhu, lalu bergabung dengan jamaah untuk melaksanakan sholat Ashar. Saf demi saf terisi, dan ketika imam mulai melantunkan takbir, keheningan pun menyelimuti seluruh ruangan.

Usai sholat, Dr. Maulana dan Diza masih duduk di saf, meluangkan waktu sejenak untuk berzikir. Heningnya suasana masjid hanya dipecah oleh suara lembut dari bibir jamaah yang melantunkan doa-doa. Ketika zikir usai, beberapa jamaah mendekat, berharap dapat berbincang sejenak dengan pasangan yang mereka hormati.

“Alhamdulillah, senang sekali melihat Pak Maulana dan Diza selalu menyempatkan waktu untuk sholat berjamaah, meski di tengah kesibukan,” ujar salah seorang jamaah.

Dr. Maulana menoleh, menatap pria tersebut dengan pandangan hangat. “Insya Allah, sholat adalah tiang agama, Pak. Bagaimana pun sibuknya kita, sholat tetap harus didahulukan,” jawabnya, sambil menganggukkan kepala.

Mereka pun beringsut dari sana. Di pelataran masjid, seorang jamaah tua, dengan bawahan sarung, mendekati Maulana. Ia berbicara pelan, sembari jari telunjuknya mengarah ke sebuah prasasti di dinding.

"Bapak ingat ini..?,"kata jamaah itu.

Maulana tertegun. Sorot matanya langsung mengarah ke sebuah prasasti peresmian masjid, yang menempel kokoh di dinding.

"Oh...ada nama saya ya...,"ujar Maulana tersenyum lebar.

Iingatan Dr. Maulana melayang ke masa dua tahun silam. Wajahnya berubah sendu namun penuh kehangatan.

“Ini masjid yang dulu saya resmikan ya....,” kenangnya.

Seorang jamaah yang lebih tua, yang ternyata merupakan ketua panitia pembangunan masjid, ikut menambahkan.

“Benar, Pak Maulana. Kami tidak akan lupa bagaimana Bapak berdiri di sini, meresmikan masjid dengan doa-doa yang tulus. Kami bersyukur, masjid ini kini menjadi tempat yang selalu penuh dengan jamaah,” ujarnya.

Diza yang sedari tadi mendengarkan dengan senyuman tampak mengangguk. Ia seperti pendengar terbaik, menengok momen itu tanpa berani menimpali.

Dr. Maulana tersenyum, lalu kembali berujar.

“Masjid ini adalah bukti bahwa dengan kebersamaan, kita bisa mencapai hal-hal besar. Semoga Allah selalu memberkati kita dengan kekuatan dan kesabaran untuk terus memperjuangkan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat,” ujarnya.

“Insya Allah, Pak. Kami semua mendukung Bapak. Semoga Allah meridhoi langkah-langkah bapak,” ujar seorang jamaah lain.

Dr. Maulana lalu berdiri, dan dengan suara yang lebih tegas namun tetap penuh kehangatan, ia berkata, “Kami datang bukan hanya sebagai calon pemimpin, tetapi sebagai bagian dari masyarakat. Kita semua adalah satu kesatuan. Doa dan dukungan kalian adalah kekuatan kami. Insya Allah, kami akan selalu berusaha yang terbaik untuk Jambi.”

Sebelum beringsut, Dr. Maulana dan Diza mengucapkan salam perpisahan. Keduanya mengenakan kaos kaki, memasang sepatu lalu melangkah keluar masjid dengan ditemani doa-doa tulus dari para jamaah.(*)

Awin Sutan Mudo

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network