Hotel Ratu vs. Shang Ratu, Kembalinya Kejayaan atau Semakin Tenggelam?

WIB
IST

Setelah 30 tahun berada di bawah pengelolaan pihak ketiga, Hotel Ratu Resort, ikon perhotelan Provinsi Jambi, akhirnya kembali menjadi milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi. Namun, sejarah panjang hotel legendaris ini, yang dulunya merupakan resort termegah di Jambi, menyisakan banyak cerita, mulai dari kejayaan, persaingan, hingga masa-masa sulit.

***

Dibangun di era kepemimpinan Gubernur Abdurahman Sayoeti, Hotel Ratu dirancang sebagai hotel resort pertama di Jambi. Lokasinya yang strategis, menghadap langsung ke Danau Sipin, menjadikan hotel ini memiliki pemandangan terbaik di Jambi.

Gubernur Sayoeti, bersama para pengusaha dan kontraktor, menggagas sebuah hotel megah untuk menjadi ikon pariwisata dan bisnis di Provinsi Jambi. Namun, seiring berjalannya waktu, hotel ini mulai kalah bersaing, terutama setelah kehadiran hotel-hotel modern di Jambi, termasuk Hotel Shang Ratu, yang dibangun persis di sebelahnya pada 2010 oleh Syukur Leman alias Akak, seorang pengusaha tersohor.

Sejarah Kerja Sama dengan Pihak Ketiga

Pada tahun 1995, Pemprov Jambi menjalin kerja sama pengelolaan Hotel Ratu dengan PT Jambi Sapta Manunggal Pratama (JSMP) melalui skema Build, Operate, and Transfer (BOT). Namun, skema kerja sama ini menyimpan sejumlah catatan.

  • 1995 - 1997: Tidak ada pembayaran royalti kepada Pemprov Jambi.
  • 1998: Mulai ada pembayaran royalti sebesar Rp 75 juta per tahun.
  • 1999 - 2018: Peningkatan royalti menjadi Rp 250 juta per tahun.
  • 2019 - 2025: Royalti naik menjadi Rp 500 juta per tahun.

Meski royalti meningkat, namun nilai tersebut jauh dari potensi pendapatan maksimal jika hotel dikelola langsung oleh pemerintah.

Persaingan dengan Shang Ratu

Keberadaan Hotel Shang Ratu, yang terletak persis di sebelah Hotel Ratu, menjadi salah satu alasan utama merosotnya popularitas Hotel Ratu.

Shang Ratu hadir dengan konsep bangunan tinggi modern dan fasilitas yang lebih mewah. Itu jelas menarik perhatian pelanggan baru. Bahkan, Shang Ratu sempat menuai kontroversi karena mencaplok beberapa meter tanah Pemprov Jambi.

Kasus ini sempat memicu protes keras dari DPRD Provinsi Jambi, termasuk Gusrizal, yang menuntut penyelesaian. Setelah melalui mediasi, tanah pemerintah yang dicaplok akhirnya dilepaskan dan dijual kepada Shang Ratu.

Dalam persaingan ini, Hotel Ratu Resort kalah pamor, terutama karena fasilitas dan layanan yang kurang diperbarui, sementara Shang Ratu terus berkembang pesat.

Kini, setelah masa kerja sama dengan pihak ketiga berakhir, Pemprov Jambi memiliki kendali penuh atas Hotel Ratu. Namun, tantangan ke depan tak mudah. Dengan posisi pasar yang sudah dikuasai hotel-hotel modern, Pemprov harus memikirkan strategi jitu untuk membangkitkan kembali kejayaan Hotel Ratu.

Menurut Irjen Pol (Purn) Bambang Suparsono, Koordinator Staf Khusus Gubernur Jambi, Hotel Ratu sebaiknya dikelola langsung oleh pemerintah melalui BUMD atau mekanisme lainnya. Ia menilai pengelolaan langsung akan memberikan pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan menyerahkannya lagi kepada pihak ketiga.

"Pendapatan dari penyewaan gedung RCC saja bisa mencapai Rp 3 miliar per tahun. Itu belum termasuk dari kamar dan fasilitas lainnya. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan royalti yang hanya Rp 500 juta per tahun," tegas Bambang.

Jika ingin bersaing kembali, Pemprov Jambi perlu melakukan peremajaan besar-besaran terhadap Hotel Ratu. Beberapa langkah penting yang dapat dilakukan adalah renovasi total. Hotel Ratu membutuhkan pembaruan fasilitas, desain interior modern, dan layanan yang lebih kompetitif untuk menarik kembali pelanggan.

Kemudian optimalisasi lokasi strategis. Dengan view Danau Sipin, Hotel Ratu bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata dan bisnis terkemuka, seperti dengan membangun café outdoor, taman rekreasi, atau restoran terapung.

Lalu pengelolaan profesional. Pemprov Jambi harus menggandeng tim manajemen profesional yang memiliki pengalaman di industri perhotelan, bukan hanya mengandalkan birokrat. Terakhir promosi dan branding baru. Hotel Ratu perlu dipasarkan kembali dengan konsep yang segar, baik melalui promosi digital maupun acara-acara besar yang bisa menarik perhatian publik.

Akankah Hotel Ratu Kembali Berjaya?

Kembalinya Hotel Ratu ke pangkuan Pemprov Jambi adalah momentum untuk menghidupkan kembali kejayaan masa lalu. Dengan strategi pengelolaan yang tepat, hotel ini masih memiliki peluang untuk bersaing di tengah gempuran hotel-hotel modern.

Namun, tanpa langkah nyata dan pembaruan yang signifikan, Hotel Ratu hanya akan menjadi cerminan nostalgia tanpa masa depan. Pemprov Jambi dihadapkan pada pilihan besar: membiarkan Hotel Ratu tenggelam atau mengembangkannya menjadi ikon baru perhotelan Jambi.

Akankah mereka mampu memanfaatkan potensi besar ini, atau justru melewatkan kesempatan emas yang ada? Waktu yang akan menjawabnya.(*)

Add new comment

Restricted HTML

  • Allowed HTML tags: <a href hreflang> <em> <strong> <cite> <blockquote cite> <code> <ul type> <ol start type> <li> <dl> <dt> <dd> <h2 id> <h3 id> <h4 id> <h5 id> <h6 id>
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.

BeritaSatu Network