Anggota Komisi XII DPR RI, Cek Endra, menegaskan transisi energi Indonesia harus gradual dan realistis. Ia mendorong teknologi rendah emisi seperti ultra-supercritical boiler, co-firing biomassa, dan CCS agar PLTU batubara tetap beroperasi tanpa mengorbankan target penurunan emisi.
***
Anggota Komisi XII DPR RI, Cek Endra, angkat suara soal arah kebijakan energi nasional. Dalam forum resmi pada 11 September 2025, ia menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh terjebak pada dua kutub ekstrem: mempertahankan teknologi lama tanpa inovasi atau memaksakan transisi hijau tanpa kalkulasi ekonomi.
“Transisi energi harus gradual dan realistis. Kita harus tetap menjaga pasokan dan harga tetap stabil, tapi emisi juga harus turun,” kata Cek Endra.
Cek Endra, mantan Bupati Sarolangun dua periode itu mengingatkan, konsumsi batubara global pada 2024 masih mencapai 8,79 miliar ton. Bahkan negara-negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat mengoperasikan kembali PLTU mereka.
“Fakta ini menunjukkan batubara masih jadi tulang punggung energi dunia. Indonesia jangan menutup mata, tapi harus belajar dari tren global,” ujarnya.
Menurutnya, kunci ada pada adopsi teknologi rendah emisi, yakni Ultra-supercritical boiler untuk meningkatkan efisiensi pembakaran. Kemudian Co-firing biomassa untuk mengurangi porsi batubara. Dan Carbon Capture Storage (CCS) untuk menahan emisi karbon.
Dengan langkah itu, kata Ketua Golkar Provinsi Jambi itu, PLTU bisa tetap beroperasi tanpa mengorbankan target penurunan emisi.
“Transformasi batubara bersih bisa jadi jembatan menuju energi terbarukan,” tegasnya.
Cek Endra mendorong pemerintah segera menyusun roadmap nasional transisi batubara bersih. Selain itu, ia menekankan perlunya Insentif fiskal untuk investasi teknologi rendah emisi. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, BUMN, dan swasta. Lalu Kebijakan yang konsisten agar investor tidak ragu menanamkan modal.
“Komisi XII siap mendorong kebijakan ini agar jadi prioritas pemerintah. Jangan sampai kita ketinggalan arus global,” ujar Cek Endra.
Pernyataan Cek Endra datang di tengah sorotan besar terhadap agenda transisi energi Presiden Prabowo. Pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan 38 persen pada 2030, sementara PLN masih mengandalkan PLTU batubara untuk memenuhi beban dasar listrik nasional.
Cek Endra menilai tanpa strategi batubara bersih, target itu sulit tercapai tanpa risiko lonjakan harga listrik dan beban subsidi energi.
Sikap Cek Endra menegaskan posisi “jalan tengah” Partai Golkar di isu energi: realistis secara ekonomi, tapi tetap berkomitmen pada penurunan emisi. Dengan jargon “batubara bersih sebagai jembatan menuju energi terbarukan”, ia ingin memastikan transisi tidak sekadar idealisme, tapi kebijakan yang bisa dijalankan.(*)
Add new comment