Suasana haru menyelimuti Dusun Sekeladi, Batang Asai Kabupaten Sarolangun. Tempat yang dikenal sebagai 'rahim' para tokoh besar dan pejuang legendaris Jambi ini secara resmi mengangkat Edi Purwanto, anggota DPR RI Komisi V, sebagai bagian dari keluarga besar mereka.
Penyambutan ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah sebuah penegasan simbolik, di mana jejak politisi modern bertemu dengan warisan darah para pahlawan.
Kehadiran Edi Purwanto, yang juga merupakan putra asli Sarolangun (asal Singkut), seolah menjadi penyambung lidah perjuangan masa lalu ke dalam arena pertarungan kebijakan di masa kini.
Bertempat di kediaman salah seorang tokoh, Edi Purwanto yang datang didampingi Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi dari Dapil Sarolangun, Samsul RIDUAN, disambut hangat para sesepuh dan tokoh masyarakat berpengaruh. Nama-nama besar di Sekeladi dan sekitarnya tampak hadir, menunjukkan betapa pentingnya momen itu.
Di antara yang menyambut adalah M. Tarmin dan Rabuan, keduanya merupakan mantan Kepala Desa (Kades) yang dihormati. Turut hadir pula Rahmad Nur, seorang tokoh masyarakat yang disegani, serta M. Nasri Thomas, Qodri yang menjabat sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Januardi Thomas, dan Usman Taurus Thomas.
"Selamat datang, Pak Edi. Ini adalah rumah Bapak sendiri. Kami di Sekeladi membuka pintu selebar-lebarnya. Kami melihat semangat para pendahulu kami ada pada diri Bapak," ujar M. Tarmin saat menyambut kedatangan Edi Purwanto.
Bagi masyarakat Jambi, nama Sekeladi memiliki gaung yang sangat kuat. Dari dusun terpencil di pedalaman Sarolangun inilah lahir tokoh-tokoh sekaliber Demang Makalam, Wali Kota Jambi pertama, dan pahlawan revolusi Kolonel Abunjani.
Mengangkat seseorang menjadi bagian dari keluarga besar Sekeladi adalah sebuah penghormatan tertinggi. Sebuah pengakuan atas kapasitas dan komitmen kepemimpinan.
Rahmad Nur, salah satu tokoh masyarakat, menyatakan bahwa pengangkatan ini didasari oleh rekam jejak dan kepedulian Edi Purwanto yang dinilai nyata bagi kemajuan daerah, khususnya Batang Asai Sarolangun.
"Kami tidak sembarangan menerima orang. Kami melihat Pak Edi Purwanto ini bukan orang lain, beliau anak Sarolangun yang sudah terbukti berbuat banyak, mulai dari saat menjabat Ketua DPRD Provinsi Jambi hingga kini di DPR RI. Bagi kami, ini adalah cara kami menitipkan amanah perjuangan para leluhur," jelasnya dengan tegas.
Mendapat kehormatan besar itu, Edi Purwanto mengaku sangat terharu dan merasa memikul tanggung jawab yang lebih besar. Baginya, diangkat menjadi keluarga besar Sekeladi bukan sekadar gelar, melainkan sebuah amanah untuk meneruskan semangat membangun yang telah diwariskan para tokoh besar dari tanah pejuang itu.
"Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh tokoh masyarakat, para sesepuh di Sekeladi. Ini adalah sebuah kehormatan yang luar biasa bagi saya pribadi," ungkap Edi Purwanto.
"Nama besar Demang Makalam dan Kolonel Abunjani yang lahir dari rahim Sekeladi adalah inspirasi bagi kita semua. Perjuangan mereka di masanya adalah memerdekakan bangsa. Perjuangan kita hari ini adalah mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan, memastikan infrastruktur merata, dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Amanah ini akan saya jaga dan perjuangkan di tingkat nasional," tambahnya.

Pengangkatan Edi Purwanto sebagai keluarga besar Sekeladi ternyata bukan hanya keputusan para sesepuh. Suara dukungan paling otentik justru datang dari generasi muda, yang diwakili oleh Raja Indra, cicit langsung dari pahlawan legendaris Jambi yang lahir dari rahim Sekeladi.
Bagi Raja Indra, kehadiran anggota DPR RI Komisi V itu bukan sekadar kunjungan politisi, melainkan sebuah "panggilan sejarah" yang menjawab keresahan kaum muda. Ia melihat sosok Edi Purwanto sebagai manifestasi modern dari semangat juang para leluhurnya.
"Kami, generasi muda di sini, melihat ini lebih dari sekadar seremoni. Ini adalah momen di mana darah pejuang masa lalu bertemu dengan pejuang kebijakan masa kini," ujar Raja Indra dengan penuh semangat di Sarolangun, Minggu (12/10/2025).
Menurut Raja Indra, tantangan yang dihadapi Sekeladi hari ini telah berevolusi. Jika dulu para pahlawan seperti Demang Makalam dan Kolonel Abunjani mengangkat bedil melawan penjajah, maka musuh terbesar generasinya adalah ancaman ketertinggalan infrastruktur.
Untuk melawan musuh modern ini, dibutuhkan pejuang dengan senjata yang berbeda.
"Leluhur kami berperang fisik untuk mempertahankan tanah ini. Sekarang, perjuangan kami ada di ruang rapat, di meja perumusan anggaran, dan di lorong-lorong kekuasaan Jakarta. Kami butuh pejuang di sana," tegasnya.
Nama Tokoh | Keterkaitan dengan Sekeladi | Jabatan Puncak | Era Pengabdian |
Demang Makalam | Lahir di Dusun Sekeladi | Wali Kota Jambi Pertama (1946-1948) | Revolusi Kemerdekaan |
Kolonel Abunjani | Ibu berasal dari Sekeladi | Komandan Kodam Garuda Putih Jambi | Revolusi Kemerdekaan |
H. Muhammad Kamil | Lahir di Dusun Sekeladi | Wali Kota Jambi Kedua (1948-1950) | Pasca-Kemerdekaan |
Abdul Manaf | Berasal dari Desa Batu Empang | Gubernur Jambi | Orde Lama/Baru |
Di sinilah, menurut Raja Indra, sosok Edi Purwanto menjadi relevan dan krusial. Rekam jejak dan posisi strategis Edi Purwanto dinilai sebagai jawaban paling tepat atas tantangan zaman.
"Dan pejuang itu kami lihat ada pada Bang Edi Purwanto. Beliau bukan orang lain, beliau putra asli Sarolangun yang sudah membuktikan kapasitasnya. Dulu sebagai Ketua DPRD Provinsi, beliau memperjuangkan anggaran miliaran untuk Sarolangun. Sekarang di Komisi V DPR RI yang membidangi infrastruktur, beliau adalah garda terdepan kita di tingkat nasional. Ini bukan kebetulan," jelas Raja Indra.
Raja Indra menegaskan bahwa dukungan kaum muda Sekeladi untuk Edi Purwanto didasari oleh keyakinan, bukan sekadar harapan. Mereka percaya, sebagai putra daerah yang merintis karier dari bawah, Edi Purwanto memiliki ikatan batin dan tanggung jawab moral untuk melindungi tanah kelahirannya.
"Ini bukan lagi soal menitip harapan, tapi kami menitipkan amanah perjuangan. Kami yakin, spirit perjuangan leluhur kami yang membuat nama Sekeladi ini besar, kini ada di pundak Bang Edi," katanya.
Puncak dari prosesi ini terjadi ketika Mustafa Heriyanto, seorang tokoh masyarakat yang sangat dihormati, berdiri di hadapan para sesepuh dan warga yang berkumpul. Dengan suara yang tegas dan mantap, ia membacakan naskah pengukuhan yang menyatakan pengangkatan Edi Purwanto.
"Bismillahirahmanirahim, kami, segenap keluarga besar masyarakat Sekeladi, dengan tulus dan ikhlas mengangkat Saudara kami, Bapak Edi Purwanto, sebagai sesepuh dan bagian tak terpisahkan dari keluarga besar kami," ujar Mustafa Heriyanto membacakan ikrar tersebut.
Menurut Mustafa, keputusan ini lahir dari musyawarah panjang para tetua adat dan tokoh masyarakat. Pilihan jatuh pada Edi Purwanto karena dianggap memiliki semangat, visi, dan kepedulian yang sejalan dengan nilai-nilai perjuangan para leluhur Sekeladi.
"Ini bukan keputusan perorangan, melainkan suara hati kami semua. Kami melihat beliau sebagai sosok yang mampu memperjuangkan aspirasi kami, sama seperti para pendahulu kami berjuang untuk tanah ini," tegas Mustafa.
Setelah pembacaan ikrar oleh Mustafa Heriyanto, prosesi dilanjutkan dengan pengesahan secara formal oleh pemerintah desa setempat. Kepala Desa Sekeladi maju ke depan untuk memberikan stempel legitimasi pada keputusan adat tersebut.
"Dengan ini, atas nama pemerintahan desa dan mewakili seluruh masyarakat, saya mengukuhkan Bapak Edi Purwanto sebagai sesepuh keluarga besar Sekeladi. Sah!" kata Kepala Desa yang disambut tepuk tangan dan rasa syukur dari warga yang hadir.(*)
Add new comment